BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Kajian pemakai (user studies) informasi dalam kegiatan
perpustakaan sebenarnya sangat penting,
namun karena baru dikenal secara teori saja sehinga pelaksaannya banyak di
pertanyakan sedangkan tidak cukup sampai ilmu teori saja yang harus dipahami
karena pada kenyataan teori dan praktek tidak selalu sama. Secara faktual
Perpustakaan di Indonesia belum mengarahkan perhatian khusus pada kajian
pemakai, karena bidang ini berhubungan langsung dengan pemakai (user), kebutuhan informasi, perilaku
pencarian informasi dan pendekatan-pendekatan dalam pencarian informasi. Bagi pustakawan kajian pemakai ini dapat
membantu meningkatkan pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan pemakai, misalnya
membantu sebagai alat bantu penelusuran, kepuasan pemakai dan berbagai hal lain
yang berkaitan langsung pada pemakai. Pada dasarnya kajian pemakai dapat
menjadi umpan balik bagi perpustakaan guna memberikan pelayanan yang lebih
baik.
B. Rumusan
Masalah
1. Kapan
kajian pemakai digunakan?
C. Tujuan
Untuk mengetahui kapan kajian pemakai digunakan
BAB
II
PEMBAHASAN
Kajian pemakai
digunakan pada saat:
A. Ingin
meneliti karakteristik pemustaka
Kajian pemustaka bisa digunakan untuk
kepentingan penelitian yang berkaitan dengan pemustaka. Sebagai contoh seorang
peneliti datang ke sebuah perpustakaan untuk meneliti layanan perpustakaan
dengan kepuasan pemustaka.
Hasil akhir penelitian tersebut bisa
berupa :
·
Skripsi
·
Jurnal
·
Artikel
B. Mempelajari
individu sebagai pemustaka
Menurut Hugh Flemming dalam bukunya
yang berjudul User Education in Academic Libraries, pendidikan pemakai atau
yang disebut dengan User Education adalah berbagai jenis program tentang
pengarahan, pendidikan, dan eksplorasi yang disediakan perpustakaan kepada
pengguna untuk menjadikan mereka lebih efektif, efisien, dan mandiri dalam
penggunaan sumber-sumber informasi serta pemberdayaannya dan pelayanan
informasi yang telah disediakan oleh perpustakaan untuk diakses oleh para
pengguna.
Pustakawan harus bisa mempelajari
dan memahami apa tujuan seorang pemustaka datang ke perpustakaan, dan harus
bisa memberikan informasi yang sesuai dengan kebutuhan pemustaka sehingga
pemustaka merasa puas dan ketika membutuhkan suatu informasi maka pemustaka
akan datang kembali ke perpustakaan tersebut.
C. Memecahkan
masalah-masalah yang berkaitan dengan pemustaka.
Kajian pemakai, dapat membantu
pustakawan dalam memberikan layanan kepada pemustaka. Dengan melakukan kajian
pemakai, pustakawan dapat membantu memecahkan masalah yang dihadapi oleh
pemustaka, baik masalah dalam mencari informasi maupun masalah pelayanan
ataupun fasilitas.
Kajian pemakai dapat pula membantu
pustakawan dalam memahami karakteristik pemustaka. Adapun karakteristik
pemustaka menurut Sulistyo Basuki,yaitu :
·
Pemakai yang belum
terlibat dalam kehidupan aktif pencarian informasi
·
Pemakai yang mempunyai
pekerjaan tetap dan bidang spesialisasi tertentu
·
Pemakai umum
Jika kita sudah melakukan kajian
pemakai baik untuk meneliti karakteristik pemustaka, mempelajari individu
sebagai pemustaka, maupun untuk memecahkan masalah yang dialami pemustaka, maka
kita dapat:
·
Mengetahui informasi yang
dibutuhkan pemustaka
Belkin (1985): 11-19) menyebutkan bahwa kebutuhan
informasi muncul karena ada kesenjangan dalam struktur pengetahuan pemakai untuk
menyelesaikan masalah yang dihadapi. Kesenjangan ini dinamakan Anomalous state of knowladge. Kesenjangan
ini pula yang pada akhirnya mendorong pemakai untuk mencari informasi.
·
Mengetahui pola
pencarian informasi
Kuhlthau menyatakan bahwa proses pencarian informasi
dibagi menjadi enam tahap;
1. Inisiasi
Pada tahap ini biasanya pemakai masih ragu terhadap
inti permasalahan.
2. Seleksi
Pemakai mulai melakukan pemilihan informasi. Pemakai
sudah merasa optimis setelah memilih topik dan merasa siap untuk memulai
penelusuran.
3. Eksplorasi
Pemakai mulai menyelidiki informasi
tentang topik yang dicari.
4. Formulasi
Pada tahap ini keraguan tentang informasi yang ingin
dicari mulai menghilang namun rasa kepercayaan diri mulai tumbuh.
5. Koleksi
Pemakai mengumpulkan informasi yang
terfokus pada masalah yang dihadapi.
6. Presentasi
Menyelesaikan pencarian informasi
Sedangkan menurut Ellis (1987), model pencarian
informasi dibagi menjadi :
1. Starting
Pencari informasi mulai melakukan pencarian atau
pengenalan awal terhadap rujukan.
2. Chaining
Mulai menampakkan kegiatannya dengan mengikuti
saluran-saluran (rantai) yang menghubungkan antara bentuk bahan acuan dengan
alat penelusuran.
3. Browsing
Ditandai dengan kegiatan pencarian yang mulai
diarahkan pada bidang-bidang yang minatnya.
4. Differentiating
Pada tahap ini pemakai mulai menggunakan sumber yang
bermacam-macam.
5. Monitoring
Pada tahap ini pencari informasi mulai menyiapkan
diri untuk pengembangan lebih lanjut dari pencarian informasi yang
dibutuhkannya dengan cara member perhatian yang lebih serius terhadap
sumber-sumber tertentu.
6. Extracting
Tahap ini lebih
sistematis dalam pencarian informasi, kegiatan dilakukan melalui sumber-sumber
khusus untuk pemetaan (pengelompokan) bahan-bahan yang menjadi minatnya.
Sedangkan untuk ilmuwan bidang ilmu alam enam
tahapan tersebut dilengkapi dengan verifying
dan ending.
Terdapat perbedaan pola pencarian pada zaman Baby Boomer, X, dan Y. Berikut
perbedaannya:
1. Starting
Pada tahap ini, baik pada generasi babyboomer, X, maupun pada generasi Y,
mereka sama sama pergi ke tempat pencarian informasi. Tempat pencarian
informasi tersebut bisa di perpustakaan, ataupun lemari buku pribadi.
2. Chaining
Mulai mencari berbagai informasi yang berkaitan
dengan informasi yang dicari.
3. Browsing
Pencari informasi sudah mengetahui apa yang akan
ditelusur. Alat yang digunakan sebagai pencari informasi pada generasi baby boomer menggunakan katalog manual.
Sedangkan generasi X mereka mulai menggunakan katalog online dalam mencari
informasi, tetapi ada juga yang masih
menggunakan katalog manual. Dan pada generasi Y, mereka mencari informasi
dengan cara yang instan, yaitu melalui mesin pencarian OPAC. Namun di
perpustakaan tetap disediakan katalog manual agar generasi baby boomer dan generasi x masih dapat mencari informasi.
4. Differentiating
Pada tahap ini pemakai mulai menggunakan sumber yang
bermacam-macam. Generasi baby boomer
menggunakan informasi dari berbagai sumber yang sudah dicari melalui katalog
manual. Sedangkan pada generasi X menggunakan informasi dari sumber-sumber yang
didapat melalui katalog online ataupun katalon manual. Begitu pun dengan
generasi Y.
5. Monitoring
Baik generasi baby
boomer, X, maupun Y, mereka melakukan pengembangan lebih lanjut dari
informasi yang dibutuhkan. Perbedaannya terdapat pada cara mencari
informasinya. Generasi baby boomer
mencari menggunakan katalog manual. Generasi X ada yang sudah menggunakan
katalog online ada juga yang masih
manual. Sedangkan generasi Y menggunakan katalog online.
6. Extracting
Pada tahap ini, baik generasi baby boomer, X, maupun generasi Y, mereka melakukan penyusunan dari
informasi yang sudah didapatkan.
Di Perpustakaan Perguruan Tinggi pun terdapat
perbedaan dalam pola pencarian informasi antara mahasiswa lama dan mahasiswa
baru. Dalam mencari informasi, mahasiswa lama tidak perlu di beri bimbingan.
Mereka akan langsung menuju rak tempat informasi yang mereka butuhkan setelah
melakukan pencarian di OPAC. Untuk mahasiswa baru, sebaiknya pustakawan memberi
bimbingan kepada pemakai pada saat kegiatan penerimaan mahasiswa baru
berlangsung, tujuannya agar mahasiswa baru tidak bingung saat mencari informasi
yang dibutuhkan di perpustakaan.
·
Mengevaluasi layanan perpustakaan
Dengan melakukan kajian pemakai kita dapat
mengevaluasi layanan-layanan apa saja yang perlu diperbaiki guna meningkatkan
mutu pelayanan dan tingkat kepuasan pemakai.
Layanan yang bisa di evaluasi antara lain layanan
referensi, layanan sirkulasi, serta layanan-layanan lainnya yang ada di
perpustakaan baik perpustakaan manual maupun perpustakaan digital. Cara
mengevaluasi virtual library berbeda
dengan layanan yang ada di perpustakaan manual. Cara mengevaluasi layanan Virtual Library adalah dengan menggunakan
counting system atau mesin
penghitung. Sebagai contoh, untuk mengevaluasi layanan e-journal, maka dilihat dari berapa orang yang sudah menggunakan
layanan tersebut.
·
Mengetahui kebutuhan
informasi yang tidak terpenuhi
Apabila pemakai tidak menemukan informasi di
perpustakaan, maka pustakawan dapat memberikan rujukan ke perpustakaan lain
sebagai tempat alternatif.
·
Mengetahui sikap
pemustaka
Pustakawan harus bisa menghadapi pemustaka yang
sikapnya beragam secara profesional dan tidak menyinggung perasaan.
·
Mengetahui kecenderungan
koleksi yang diminati pemustaka
Pustakawan harus mengetahui koleksi-koleksi apa saja
yang diminati pemustaka kemudian mengembangkannya secara up to date sehingga pemustaka lebih antusias untuk datang ke
perpustakaan.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kajian pemakai dipakai ketika ingin meneliti
karakteristik pemustaka, pada saat mempelajari indovidu sebagai pemusaka, dan
memecahkan masalah-masalah yang dihadapi para pemustaka. Dengan melakukan
kajian pemustaka, maka kita dapat mengetahui kebutuhan informasi, mengetahui
pola pencarian informasi, mengevaluasi layanan perpustakaan, mengetahui kebutuhan
informasi yang tidak terpenuhi, mengetahui sikap pemustaka, mengetahui
kecenderungan koleksi yang diminati pemustaka.
DAFTAR
PUSTAKA
www.unesco.org/webworld/ramp/html/r8722e/r8722e0l.htm
(diakses pada tanggal 23 September 2014, 19:28)
Rivai, Rivalna. 2011. Perilaku Pencarian Informasi Pejabat di
Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Ambon. Depok: Universitas
Indonesia.
Sulistyo-Basuki. 2004. Pengantar Dokumentasi. Bandung: Rekayasa
Sains.
www.lib.atmajaya.ac.id
(diakses pada tanggal 25 September 2014, 08:58)
http://jevirian.files.wordpress.com/2011/10/kp-ibu-endang.pdf
(diakses pada 23 September 2014, 20:02)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar